Jumat, 18 Maret 2011

sejarah karate di dunia

Sejarah Karate Dunia
Karate  adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut “Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’yang berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ berarti ‘tangan’. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong” 空手.
Menurut Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu:
1. Shotokan
2. Goju-Ryu
3. Shito-Ryu
4. Wado-Ryu
Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation dan World Karatedo Federation.
Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya diatas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin Karate , Shorin-ryu Karate dan Uechi-ryu Karate tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam “4 besar WKF”.
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah Japan Karatedo Federation (JKF). Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (World Karate Federation), (dulu dikenal dengan nama WUKO – World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Sport Karate yang bersifat Non-Contact, berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang Full Contact.
Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut:
1. Kihon, yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan menangkis.
2. Kata, yaitu latihan jurus atau bunga karate.
3. Kumite, yaitu latihan tanding atau sparring.
Pada zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik tempur sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik-teknik untuk pertandingan olah raga.

Teknik Karate
Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).
Kihon
Kihon  secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap DAN atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.
Kata
Kata  secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.
Kumite
Kumite  secara harfiah berarti “pertemuan tangan”. Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
Untuk aliran full body contact seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, dimana semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian dan menyerang titik vital.
Pertandingan Karate
Cara bermain
Pertandingan karate dibagi atas dua jenis yaitu :
1. Kumite (perkelahian) putera dan puteri
2. Kata (jurus) putera dan puteri
Kumite
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.
Kata
Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus, baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan kata pilihan atau kata wajib dalam peraturan pertandingan.
Para peserta harus memperagakan kata wajib. Bila lulus, peserta akan mengikuti babak selanjutnya dimana dia dapat memperagakan kata pilhan.
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: Kata perorangan dan Kata beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan kata, para peserta diharuskan memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu dinilai lebih prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah hanya 8 Kata yang berasal dari perguruan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu, Goju-ryu and Shito-ryu, dengan perincian sebagai berikut:
Shotokan : Kankudai dan Jion.
Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
Shito-ryu: Seienchin dan Bassaidai.
Karateka dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut pertandingan Kata JKF dan WKF, hanya saja mereka harus memainkan Kata sebagaimana dimainkan oleh perguruan 4 besar diatas.
Luas Lapangan
• Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi.
• Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.
Peralatan Di Dalam Pertandingan Karate
Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan Karate
1. Pakaian Karate (karategi) untuk kontestan
2. Hand Protector (pelindung tangan)
3. Shin Guard (pelindung kaki)
4. Obi (ikat pinggang) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao
5. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:
• Gum Shield (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
• Body Protector untuk kontestan putri
• Groin Protector untuk kontestan putera
5. Pluit untuk arbitrator/alat tulis
6. Seragam wasit/juri
• Baju putih
• Celana abu-abu
• Dasi merah
• Sepatu karet hitam tanpa sol
7. Scoring board
8. Administrasi pertandingan
9. Lampu merah, hijau, kuning sebagai tanda waktu pertandingan dengan pencatat waktu (stop watch).
Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah groin protector untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain tidak diperkenankan.
Falsafah Karate
1. Rakka (Bunga yang berguguran) Ia adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate. Ia bermaksud setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang dengan menumbuk muka, si pengamal karate boleh menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk itu. Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk membela diri.
2. Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air) Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danautersebut, bayangan bulan di danauitu akan kabur.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam “4 besar JKF” adalah sebagai berikut:
1. Shotokan
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan – sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.
2. Goju-ryu
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa “dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan”. Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.
3. Shito-ryu
Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.
4. Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam “4 besar JKF” antara lain adalah:
1. Kyokushin
Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo). Aliran ini juga menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.
2. Shorin-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.
3. Uechi-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh dari beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan (Bangau Putih).
Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

sejarah karate diindonesia

 Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembakli ke tanah air, setelah menyelesaikan pendidikannya di Jepang. Tahun 1963 beberapa Mahasiswa Indonesia antara lain: Baud AD Adikusumo, Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh mendirikan Dojo di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta.
Beberapa tahun kemudian berdatangan ex Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut mengembangkan karate di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia. Mereka-mereka ini antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969), Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967).
Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil Kongres ke IV PORKI, terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI).
Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal dengan nama Pengurus Besar/PB. telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum dan periodisasi kepengurusannyapun mengalama 3 kali perobahan masa periodisasi yaitu ; periode 5 tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun 1972 – 1977) periodisasi 3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan periode tahun 1997 – 1980) dan periodisasi 4 tahun ( Berlaku sejak kongres tahun 1980 sampai sekarang).
Adapun mereka-mereka yang pernah menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal (Umum) FORKI sejak tahun 1972 adalah sbb :

MANFAAT KARATE

Bandung Karate Club
Artikel ini adalah untuk menjelaskan manfaat belajar karate diantaranya:
- Meningkatkan kesehatan fisik dan mental
- Membangun dan memperkuat rasa percaya diri
- Peningkatan prestasi akademik sebab meningkatnya tingkat energi, fokus, dan konsentrasi
- Belajar dan menguasai teknik-teknik pertahanan dan bela diri
- Banyak teman di klub Karate

Peningkatan Kesehatan Fisik dan Mental
Manfaat dari belajar karate adalah meningkatnya kesehatan fisik. Mahasiswa belajar untuk berolahraga secara teratur beberapa kali seminggu, ini merupakan salah satu kebiasaan yang paling berguna seumur hidup. Hal ini akan menyebabkan keseimbangan tekanan darah dan sirkulasi, menurunkan kadar kolesterol, dan mengurangi jumlah kunjungan ke dokter dan semua biaya pengobatan tentunya. Selain itu akan mendapatkan fleksibelitas terhadap otot dan sendi.

Peningkatan kesehatan mental

manfaat jelas belajar karate adalah peningkatan kesehatan mental. Bayangkan jika diri Anda dipantai yang indah dengan banyak pohon-pohon kelapa, atau menghirup udara pegunungan yang segar sambil menikmati keindahan danau atau gunung. Tanpa stres psikologis, Anda hanya merasa ringan dan otot Anda rileks. Pada saat itu Anda merasakan kebebasan untuk merasakan hal-hal yang indah dalam hidup. Semua orang memiliki pemikiran tegas tentang kode-kode untuk disimpan secara permanen dalam memori nya. Setelah dua jam latihan karate sehingga melelahkan, siswa merasa benar-benar kehabisan tenaga, tetapi semua otot dan seluruh tubuh bisa rileks kembali, yang pada gilirannya menyimpan kembali kode-kode itu dan bebas stres. Ini adalah salah satu hadiah terbesar dari Alam - mekanisme daur ulang stres psikologis melalui berolahraga. Setiap kali siswa didorong oleh sensei untuk membatasi, dia menggunakan 100% konsentrasi mental hanya untuk terus berjalan. Pada saat itu siswa tidak dapat memikirkan hal lain karena tidak cukup energi untuk memikirkan itu. Ini adalah aplikasi konsep Zen ‘Disini, Sekarang!’. Siswa belajar sebuah pelajaran berharga dalam hidup - untuk menangani hanya satu tugas dalam satu waktu; bahwa efisiensi dalam kegiatan apa pun datang ketika ada komitmen 100% dari mental energi untuk melakukan tugas. Manfaat nyata yang disadari bahwa ketika Anda melakukan 100% konsentrasi Anda, Anda mendapatkan hasil yang lebih efisien dan lebih cepat dan membebaskan Anda untuk mengambil tugas berikutnya untuk mencapai yang lebih.

Membangun dan Meperkuat rasa percaya diri
Membangun rasa percaya diri dan kepercayaan diri didasarkan pada kenyataan bahwa siswa menetapkan tujuan, menempatkan pikiran  apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan, dan pada akhirnya akan mencapai sabuk berikutnya. Dalam formula untuk sukses dalam hidup, siswa menetapkan tujuan untuk mencapai sabuk hitam, sebuah perjalanan yang panjang untuk mencapai itu.
Itulah saat ketika siswa menyadari bahwa ia berhasil meskipun kemungkinan kondisi sulit dan nyaris tak tertahankan, yang pada gilirannya merupakan psikologis untuk tumbuhnya kepercayaan dan harga diri. Itulah saat ketika siswa tumbuh lebih percaya diri dengan kemampuan bela diri, ketika harga dirinya untuk mengangkat kesadaran, bahwa:
- Target memberikan tujuan arah hidup,
- Pencapaian tujuan adalah tolok ukur keberhasilan dalam hidup,
- Hampir setiap tujuan dapat dicapai dengan rencana yang baik, disiplin yang kuat dan tindakan yang tepat,
- Umpan balik konstruktif atau penghargaan yang memang layak adalah mekanisme yang membawa rasa puas dan pola yang membawa kesuksesan.

Peningkatan prestasi akademik dengan meningkatkan tingkat energi, fokus dan konsentrasi
Suatu siang yang panas di Texas seorang koboi tua dan seorang koboi muda dihadapkan dengan penuh kandang kuda muda yang bersemangat tinggi untuk istirahat dan melatih. Anak muda itu mulai mengeluh tentang berapa banyak kuda yang ada. Orang tua itu berpaling kepadanya dan berkata, "Anak, berhenti mengkhawatirkan tentang berapa banyak dari mereka. Anda hanya perlu satu persatu untuk menaikinya. "
Yah, itulah apa yang diajarkan di kelas - berhenti mengkhawatirkan tentang berapa banyak proyek-proyek atau pekerjaan rumah atau teknik karate yang ada untuk diselesaikan; tetapi anda akan menangani satu tugas pada satu waktu. Mengapa, karena konsentrasi hanya 100% dan Fokus pada tugas adalah penggunaan terbaik energi Anda - apa pun yang lain hanya membuang-buang waktu dan energi, dan karena kita tahu bahwa waktu adalah uang – Kami tidak ingin melihat Anda bangkrut.

Belajar dan menguasai teknik-teknik pertahanan diri
Kekayaan psikologis menguasai teknik pertahanan diri dengan mengetahui bahwa Anda memiliki apa pun untuk membela diri bila diperlukan, yang membawa rasa percaya diri dan bagian dari pikiran.

Banyak teman di klub karate
Sangat mudah untuk berteman bila Anda memiliki tujuan bersama, dan keringat bersama untuk mencapainya. Ia bekerja di medan perang, di sekolah, di tempat kerja. Hal ini bahkan lebih mudah dalam dojo karena Anda yakin bahwa sebagian besar karateka berbagi sesuatu kesamaan - mereka kuat dan mempunyai semangat juang. Hal ini lebih sulit untuk mempertahankan persahabatan ini, tapi kami mempunyai resep benar: kita bersosialisasi setelah pelatihan, makan siang atau makan malam di restoran Bintang Cina - organisasi, desain, periklanan - untuk menjaga dojo untuk tetap hidup dan efisien.